Pernah ga sih denger statement bahwa usia 20-an katanya masa yang paling seru: kuliah, mulai kerja, cari pengalaman, jatuh cinta, dan mulai mandiri. Tapi di balik semua itu, banyak juga yang malah ngerasa makin bingung — “Aku sebenernya mau jadi apa sih?”, “Kok teman-teman udah sukses, sedangkan aku masih gini-gini aja?”, “Apa aku salah jalan?”
Kalau kamu pernah ngerasain pertanyaan-pertanyaan itu, tenang, kamu nggak
sendiri. Bisa jadi, kamu lagi mengalami yang namanya Quarter Life Crisis
— fase krisis identitas yang umum banget dialami orang di usia awal dewasa.
Fenomena ini bukan sekadar drama anak muda, tapi kondisi psikologis yang
nyata dan perlu dipahami. Untuk tahu lebih dalam, yuk simak penjelasan dari
[psikolog/narasumber] tentang apa itu Quarter Life Crisis, kenapa bisa
terjadi, dan gimana cara kita menghadapinya tanpa merasa sendirian.
Quarter Life Crisis, yang dalam bahasa Indonesia berarti krisis
seperempat abad, adalah fase dalam hidup di mana orang-orang berusia antara
18 dan 30 tahun merasa khawatir, bingung, dan tidak tahu ke mana harus pergi
karena ketidakpastian tentang kelanjutan hidup mereka dan berpikir terlalu
banyak tentang masa depan.
Hal ini seperti yang dirasain oleh I,
mahasiswi 22 tahun yang sedang menempuh studi di bidang yang bukan pilihannya
sendiri.
“Aku ngerasa insecure, dan ada rasa takut terkait masa depan aku gimana. Apalagi studi yang aku tempuh sekarang bukan keinginan aku, ...” ungkapnya.
Menurut Dr. Andri, SpKJ, seorang psikiater dari RS Omni Alam Sutera, QLC
terjadi saat seseorang mulai mempertanyakan arah hidupnya dan merasa tertinggal
dari teman sebaya. (sumber: Kompas, 2023)
Ucapan ini merujuk pada fenomena yang dikenal sebagai Quarter-Life Crisis atau krisis identitas, emosi, dan eksistensial yang sering dialami oleh individu usia 20-an hingga awal 30-an.
Menurut Dr. Andri, QLC muncul ketika seseorang mulai mempertanyakan berbagai aspek penting dalam hidupnya, seperti- “Aku mau jadi apa sebenarnya?”, “Apa jurusan atau pekerjaan yang aku ambil ini bener?”, “Kenapa orang lain udah settle, sedangkan aku masih bingung?”
Perasaan-perasaan ini biasanya dipicu oleh perbandingan dengan orang lain, terutama teman sebaya yang terlihat sudah lebih ‘maju’ atau sukses. Misalnya, ketika melihat teman sudah punya pekerjaan tetap, menikah, punya bisnis sendiri, atau kuliah ke luar negeri, sementara diri sendiri masih merasa jalan di tempat — muncullah rasa insecure, takut gagal, atau meragukan pilihan hidup sendiri.
Kata kunci dari penjelasan Dr. Andri adalah dua hal utama:
-
Mempertanyakan arah hidup → artinya seseorang merasa belum yakin dengan pilihan hidupnya sekarang, atau tidak tahu ke mana dia mau melangkah.
-
Merasa tertinggal dari teman sebaya → munculnya perasaan minder, cemas, dan stres karena merasa perkembangan hidupnya tidak secepat atau ‘sebagus’ orang lain di usia yang sama.
Dalam psikologi, ini bisa berdampak pada kesehatan mental, seperti munculnya gejala:
- Cemas berlebih
- Mood swing
- Kehilangan motivasi
- Merasa gagal, walau belum tentu benar-benar gagal.
"Spending some time journaling or going through a list of values to help you figure out what is most important to you can really help here. Getting some clarity on these things will help you make decisions going forward that ... ."Verywell Mind
Jadi, kalau sekarang kamu lagi ngerasa hidup kayak benang kusut — it's okay. Quarter Life Crisis itu wajar. Bukan kamu yang gagal, tapi emang fase ini tuh real dan penuh tanda tanya. Dan yang paling penting: nggak ada timeline hidup yang harus kamu ikutin. Satu langkah kecil buat kenal diri kamu hari ini, bisa jadi pijakan besar buat masa depanmu nanti. Pelan-pelan, tapi pasti. You're not lost — you're just under construction.
14/05/25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar